LOVE HURTS
Aku Satsuki.
Aku duduk sama Tomoru di kelas sepanjang tahun!Tomoru yang
sangat tampan dengan banyak fans gila.Aku?Biasa
aja.Nggak ada sedikitpun perasaan kepadanya,yang ada malah benci.Tomoru,berbeda
dengan yang dulu.Padahal,kami akrab sejak TK.Tapi sekarang?Dia berubah
total.Yang nggak berubah?Cuma ketampanannya.Rumahnya tepat di sebelah kanan
rumahku.Wajahnya selalu terlihat dari jendela.
Sekarang,waktunya istirahat.Ah,pemandangan membosankan yang
udah “biasa”.Mereka teman perempuan sekelasku yang terlihat ngantri di bangku
Tomoru
“Cewek jelek. Kamu begadang semalaman lagi ya?”tanyanya.
“Bukan urusanmu.” Kataku berpaling.”Padahal wajahku lumayan
juga.Ah,mata panda lagi.” Pikirku.
“Rambutmu beda dari biasanya.Buat apa?Buat si
Kazune?”tanyanya.Rambutku terurai rapi.
“Bukan urusanmu!” Aku kesal.
“Jangan marah.Wajahmu jadi nggak karuan,lho.” Ejek Tomoru.
Aku terdiam tanpa mendengarkannya.Aku beranjak dari kursi
dan memberikan cokelat buatanku ke Kazune.
“A..aku membuatnya kemarin.Kamu coba ya?”kataku.
Kazune tersenyum.”Terimakasih banyak,Satsuki chan.”
Tomoru melihatku dengan kesal.”Huh,nggak usah dicoba aja
udah pasti nggak enak.Dia nggak pernah berhasil.”
Telingaku perih mendengarnya.
“Ka..Kazune!Jangan dimakan.Rasanya pasti nggak enak.Maaf.”kataku
sambil mengambil cokelat itu lagi,dan kembali ke bangkuku.Aku udah biasa nerima
perkataan Tomoru.
Laki-laki kejam itu melihatku dengan benci.
Ya, cokelat itu kubuat dengan susah payah semalam.Aku
pikir,rasanya udah cukup enak dari biasanya.Aku nggak kuat kalau begini
terus.Dia benci sama aku?Dia selalu merusak semuanya!
“Berterimakasih lah kepadaku” Tomoru tertawa.”Dengan
begitu,Kazune nggak bakalan sakit perut!”katanya.
“KUBILANG BUKAN URUSANMU!NGGAK USAH IKUT CAMPUR
MASALAHKU!Sudah cukup…”Air mataku mulai menetes dan meninggalkan
kelas.Istirahat kurang 5 menit lagi.Aku naik darah lagi untuk kesekian
kalinya.Tomoru menarik tanganku.
“Pelajaran habis gini mulai.Jangan pergi keluar.” Kata
Tomoru.Aku melepaskan tangannya dan menarik kerahnya.”Hah?Ngomong apa
kamu?Cowok sok ganteng yang seenaknya ngomong!Kamu nggak pernah tau
perasaanku.Apa aku punya salah?Aku..” Aku ingin sekali
menghajarnya.Tapi,tiba-tiba,kepalaku pusing.A..aku..
Aku ada di ruang kesehatan dan terbaring.Badanku mendadak
demam.Mataku mulai terbuka.Kazune ada di sana.
“Satsuki!Kamu udah sadar?”Kazune tersenyum.Aku sangat
bahagia dia di sini.
“Suhumu naik.Jauh di atas normal.Ada apa?”Tanya Kazune.Aku
hanya menggeleng.
“Penyakitku sejak kecil.Ah,jangan khawatir! Aku cepat pulih
kok.” Kataku sambil tersenyum.”Seharusnya..Tomoru tau penyakitku ini.Ke..kenapa
dia nggak peduli sama sekali.”pikirku.
Kazune bilang,dia harus pulang.Yah,aku sendirian lagi di
sini.Sekarang,jam 3 sore.Masih ada klub sepakbola.
A..ada yang ngetuk pintu.Aku takut.”Si…SIapa?”tanyaku.
“Ini aku.” Huh,ngapain dia dateng?
“Nggak usah masuk!”kataku.
“Huh dasar.Aku cuma pingin tau keadaanmu.” Kata
Tomoru.Tomoru pun masuk.
“A..Ayahmu nggak bisa jemput sekarang.Jadi,aku yang
nganter.”katanya.
“Hah?Nggak mau!Mending jalan kaki daripada harus pulang sama
kamu.”kataku.
“Bodoh.Ayo pulang,sekolah mau ditutup.”kata Tomoru sambil
membantuku bangun. Hujan turun.
“Aku nggak bawa payung.”kataku.”Aku bawa!Nggak begitu besar
sih.”Tomoru tersenyum. .Kami pun pulang bersama.
“Payungmu awet sampai sekarang.”kataku.
“Ini pemberian seseorang.Nggak boleh rusak.”kata Tomoru.
“Oh,pasti cewek-cewek di kelas,ya?”Aku tertawa.
“Kamu tetep aja bodoh seperti dulu.” Kata Tomoru.Aku
mengerutkan dahi.
“Dulu,waktu aku masih SD kelas 1,aku kehujanan dan nggak
bawa payung.Terus,ada cewek yang minjemin payungnya.” Cerita Tomoru.
Aku tersentak.
“Bodohnya,dia lari basah-basahan.”Tomoru tertawa.”Bodohnya
lagi,cerita itu nggak diinget sampai sekarang.” Lanjutnya.
“Aku nggak lupa.Bisa aja kan,udah rusak atau kamu
buang?”kataku.
“Nggak akan lah.” Jawabnya.
“Ke..kenapa?”kataku.
“Itu payungku satu-satunya.Mana mungkin aku rusak.”Tomoru
tertawa.
“Bodoh.Beli payung murah aja nggak mau!”kataku sambil
mengejeknya.Tomoru tersenyum.
“Ma..maaf ya.Aku nggak sengaja kasar ke kamu tadi.”kataku.
“Tangan kecil gitu nggak ada efeknya.”jawabnya.
“Huh,kamu beda dari yang dulu.Kamu,dulu nggak nyebelin.”
Kataku.
Tomoru tertawa.”Tapi,aku jauh lebih ganteng kan?”
“Nggak sama sekali.”
“Makasih,Tomoru!” Aku lari ke rumah dan meninggalkannya.
”BODOH!KAMU MASIH SAKIT!” teriak Tomoru.
“Makasih sudah menyimpannya!Jangan hujan-hujanan!Payung itu
kekecilan buat berdua.Badanmu tetep aja basah!”teriakku.Aku terus berlari di
bawah tetesan hujan sore itu.
Malamnya,aku belajar di kamar.Tomoru teriak dari jendela
kamarnya.
“Cewek jelek.Bodoh!” teriaknya.
“Aku nggak sejelek itu kok.”kataku.
“Siapa yang bilang kamu cantik hah?Apa ada?Hahaha”Tomoru
tertawa.
“Ayahku,temen-temenku,Kazune,sama Ibuku.Mataku
bagus,rambutku juga bagus.”kataku tersenyum.
“Ibuku selalu
mengatakan aku sangat cantik.”lanjutku.”Sayangnya,itu waktu aku masih kecil.Aku
tumbuh jadi jelek,ya,Tomoru?” kataku.
“Ibuku meninggal di umur 6 tahunku,tepat di hari aku
memberikan payungku ke kamu.Aku ingin cepat pulang karena nilai 100ku.Tapi,Ibu
nggak ada di rumah.Ayah juga nggak ada.Mereka di rumah sakit dan aku…” aku
mulai menangis.
“Hei..jangan nangis!” Kata Tomoru.
“Soal cokelat tadi,makasih ya.Rasanya memang udah pasti
nggak enak.” Aku tersenyum melihatnya.
“Hei hei.Aku kan Cuma bercanda.” Jawabnya.”Kamu..bener bener
suka Kazune?”
Aku terdiam.
“Iya.Dari tahun lalu.” Jawabku
“Aku mau tidur.” Dia menutup jendelanya.
Paginya di sekolah,aku didatangi Karin,cewek paling cantik di kelas.Ya,mungkin dia pengagum terbesar Tomoru.
“Satsuki chan,boleh kan,aku duduk di bangkumu?Kita tukar
tempat aja,ya?” kata Karin.
Aku mengangguk dan pindah bangku.”Sudah kuduga begitu.”
Pikirku.
Karin yang mendekati Tomoru.Uh.
“Satsuki! Gimana keadaanmu?Udah baikan?” Tanya Kazune sambil
memegang dahiku
.Aku tersenyum,”Jauh lebih baik..”
“Syukurlah.” Kazune sangat manis saat tersenyum.”Kenapa
pindah bangku?”
“Ah,soalnya Karin yang minta.”kataku.
Pelajaran pun dimulai.Aku begadang lagi semalam.Ya,akhirnya
“Mimpi indah” di kelas waktu pelajaran MAT.Bener!Aku dihukum piket di
toilet.Sial.
“Aku nyesel begadang.”Aku merintih lagi kayak anak kecil.
“Hei hei.Bodoh.”
Tomoru datang membantuku membersihkan toilet.
“Kok..Kok kamu di sini?” tanyaku.
“Orang sakit lagi piket sendirian di toilet.Hah.Penyiksaan.”
kata Tomoru sambil membantuku.
“Aku udah nggak sakit.” Jawabku.”Nggak usah bantu.”
“Wajahmu merah.”Tomoru tertawa.”Apa demam lagi?Apa deg-degan
berduaan denganku?”
“Cowok sialan.Nggak usah sok baik.Kamu tetep aja seenaknya!”
jawabku dengan malu.Hah?Apa bener wajahku merah?Ini penghinaan besar!
“Kamu lupa ya?Dari kecil,aku selalu ada untukmu lho.Waktu
dikejar anjing jinak,waktu jatuh dari pohon,waktu sepedamu rusak,waktu kamu
kehilangan barang.Tapi,kamu malah suka Kazune.”Tomoru berhenti bicara.
“Mana mungkin aku suka!”kataku.
“Ah.Aku alasan ke
toilet sebentar tadi.Aku ke kelas dulu.Gurunya pasti curiga.” Kata Tomoru.
“Aku kan butuh bantuan.Dasar.Mana mungkin aku bisa suka.”
Jam pulang.Aku melihat Tomoru duduk di depan kelas.
“Kenapa nggak pulang?” tanyaku.
“Bukumu yang hilang dulu udah ketemu.” Seru Tomoru.
“Buku apa?”
“Buku pemberian mendiang Ibumu dulu .Kamu ngurung diri di kamar seminggu cuma
gara-gara itu,kan?”jawab Tomoru sambil memberikan bukunya kepadaku.Ya,buku
peninggalan Ibuku yang sangat berharga.
“Tomoru?”tanyaku.
“Dengan susah payah!Itu gara-gara janjiku dulu waktu
kecil.Ah,janji aneh yang merepotkan.” Kata Tomoru.”Yang penting sudah
ketemu,kan?”
Aku ingin sekali menangis.”Tomoru..”
Tomoru melihatku.”Hei!Jangan nangis!”
“Kenapa?Kenapa kamu nolong aku?” Aku menangis dengan
keras.”Sudah kubilang jangan bantu aku lagi.Aku membencimu,kamu juga benci
aku.Jangan ngerepotin diri sendiri.”
Tomoru terus melihatku.”Aku nggak benci.”
“Kamu selalu membuatku marah.Membuatku semakin benci setiap
hari.Kenapa?Seakan-akan aku nggak berhak ngelakuin hal sesukaku.Tiba-tiba,kamu
datang.Kamu bilang ingin bantu,tapi kamu nganggap itu beban.Tomoru!Kenapa kamu
muncul lagi?Kamu...”Aku terus saja menangis.
“Kamu Tanya kenapa aku muncul lagi?Soalnya aku peduli.”
Tomoru pergi meninggalkanku.”Simpan baik-baik bukumu.”
Aku pulang sendiri dengan buku Ibu.
“Satsuki Chan.Jangan berantem terus sama Tomoru.Dia sangat
tampan,lho”
Ibu bilang begitu.
“Ah Ibu!Aku benci Tomoru yang bodoh.”
“Satsuki! Ayo belajar sama-sama.Kamu harus dapat 100!”
“Satsuki.Aku menyukaimu.”Suka” yang artinya,kamu harus jadi
pengantinku nanti kalau sudah besar.”
“Tomoru!Kamu janji kan,jadi pelindungku?” Tomoru mengangguk
dan tertawa.
Ah,aku melamun lagi.Tomoru menyukaiku waktu
kecil.Sekarang,dia membenciku.
“Satsuki!Nanti,bakal aku ajarin sesuatu.Aku tunggu di
gerbang.”
“Yang barusan tadi,bukan masa lalu.”pikirku.
Besoknya,di kelas,aku melihat Tomoru di
bangkunya.”Hei!Kenapa nurutin Karin buat pindah bangku?Kalau guru kita tau,bisa
dimarahin!Bisa gila aku duduk sama dia.”
“Siapa yang mau duduk sama kamu?”kataku.
“Aku mau!”
“Boleh yaa Tomoru??”
“Ah..pasti enak duduk sama Tomoru.”
“Tomoru yang ganteng!Sehari aja duduk sama aku.”
Hah.Cewek nggak jelas yang ngerebutin cowok yang nggak jelas
pula.Ya,aku duduk di bangkuku yang semula,di sebelah Tomoru.Menggelikan.
“Satsuki!Nanti,bakal aku ajarin sesuatu.Aku tunggu di
gerbang.” Kata Tomoru.
“Hah?”
“I..iya.” kataku.”Kayaknya,aku pernah denger.Tapi,kapan?”
pikirku.
Terlintas di pikiranku tentang Tomoru yang jatuh sakit.Dia
terlihat sangat sakit dan terbaring.
Ah sial!Kenapa aku mikir begitu?Saat jam pulang,aku menemui
Tomoru di depan gerbang.
“Mau ngajarin apa?” tanyaku.
“Bikin cokelat.” Jawabnya.”Buat Kazune.”
“Ogah.Kamu kan yang bilang,aku nggak bakal berhasil.”
Kataku.
“Ikut aku.”Tomoru menarik tanganku dan mengajakku jalan
bersama.
“Kita ke toko dulu.” Katanya.
Tes tes tes..hujan turun lagi! “Sial!Aku nggak bawa payung.”
Kata Tomoru.
“A..Aku juga.” Jawabku.
Aku terus kedinginan,dan akhirnya kami berteduh.
“Pakai jaketku.Kamu kedinginan banget.” Katanya.
Aku menggeleng.”Nggak mau.”
“Keras kepala,bodoh! Pakai jaketku.” Kata Tomoru sambil
memakaikan jaketnya kepadaku.
Wajahku memerah lagi.
“Haha.Wajahmu merah.Apa gara-gara demam,apa gara-gara
berduaan sama aku?” Tomoru menggodaku.
“TOMORU!” kataku sambil menjitaknya.
“Lagi-lagi marah.Ya ya aku minta maaf.” Kata Tomoru.
“Kau bilang,aku bahkan nggak pernah bilang maaf,kan?Kalau
gitu,kamu yang pertama denger aku bilang.” Lanjutnya.
“To..Tomoru..” kataku.
“Apa?”
“Kak Ran juga kakakku.Kamu berubah jadi dingin karena
kepergiannya,kan?” tanyaku.
Tomoru terdiam.
“Aku tepat berada di sampingnya saat kecelakaan itu.A..Ak..Aku
sudah berusaha,Tapi..”
Aku berhenti bicara.
“Tak apa.sama sekali bukan salahmu.Terimakasih,sudah
menyampaikan hadiahku untuknya.” Jawab Tomoru.” Gara-gara kamu,aku jadi bisa
membelikannya tepat waktu.”
Aku melihat wajahnya yang sedih.
“Kamu inget nggak?Waktu kecil,kamu bilang kamu mau
menikahiku!”Aku tertawa.”Kamu dewasa sebelum waktunya.”
Wajah Tomoru memerah.
“Maaf,ya Satsuki.Aku berubah total ya?” lanjutnya.
Aku mengembalikan jaketnya dan
memakaikannya.”Tidak.Sebenarnya enggak.Hatimu tetep tulus dan lembut seperti
dulu.Degap jantungmu juga sama kencangnya.Tatapanmu sama sekali nggak berubah.”
“Jangan peduliin aku,ya Tomoru.Aku sudah biasa
sakit.Kamu?Sahabatku nggak boleh sakit.Aku baik-baik aja,kok.” Aku tersenyum
lebar dan menenangkannya.Tomoru juga tersenyum.
“Yah,bikin cokelatnya nggak jadi dong.” Kata Tomoru.
“Hah.Bodoh!” Aku sangat senang bisa memanggilnya seperti
itu,seperti dia yang selalu mengejekku.
“Kalau hujannya sudah reda,kita harus cepet pulang,ya Kak
Tomoru?” kataku sambil menggenggam tangannya yang kedinginan.Wajahnya memerah
lagi
“Jangan khawatir.Dengan begini,bisa lebih hangat kan?Wajahmu
terus saja merah.” Kataku.
Tomoru tertawa.”Aku mau demam nih.”
“Kamu nggak akan sakit,percaya deh.” Kataku sambil
menggosok-gosok tangannya.
“Hei Tomoru!Kalau sudah reda,kamu harus cepet jemur
seragammu.Besok kan masih dipakai?Okay?” kaataku.
“Tetep aja cerewet.”Tomoru terlihat kesal.
“Bisa aja kan,cerewetku yang bikin kamu tetep inget sama
aku?”
“Ya.Sama tingkah bodohmu yang nggak reda-reda.”Tomoru
tertawa.
Hujan pun reda.Kami berlari ke rumah.Kami berlari di atas
air hujan,dan, Aku terpeleset.Tomoru menangkapku.
“Tingkah bodohmu memang nggak reda-reda.” Kata Tomoru.
“Maa..Maaf.”
Saat sampai di rumah,aku melihat Tomoru yang kesakitan.
“Ka..kakimu luka ya?”tanyaku.
“Apanya?Enggak.” jawabnya.
“Bohong!Sini biar kulihat!” kataku.
Dia membuka lututnya.Lukanya parah.”Aa..aapa itu gara-gara
aku?”
Tomoru menggeleng.Aku segera mengambilkan obat dari tasku
dan mengobatinya.
“Ah!Sakit!”
“Jangan bergerak dulu.Sebentar,saja.” Kataku sambil
membasahi lukanya.”Kenapa kamu menolongku lagi?”
“Kenapa kamu bertindak bodoh lagi?” tanyanya balik.
“HUH.AKU SERIUS,TOMORU!” kataku.
“Dasar galak.Sudah kubilang kan,aku peduli padamu.Itu
salah?”tanyanya.Aku menggeleng.
“Mmm..Tomoru.”
“Apa?”
“Kamu percaya nggak,tentang masa depan?” tanyaku.
Tomoru mengangguk.”Kamu bisa lihat masa depan?”
Aku tertawa.”Mana ada kayak gitu.Nah,cepetan istirahat di
rumah.” Kataku sambil menempelkan plester luka.”Lukamu segera sembuh.”
Tomoru memegang tanganku.”Jangan khawatir.Aku baik-baik
aja.” Tomoru bergegas pergi..
“Hei!Tanganmu dingin,jangan sampai demam!” teriakku.
Tomoru tetap berjalan.
“HEI TOMORU! JAGA KESEHATANMU!” kataku.
Tomoru menoleh dan tertawa.
Esok harinya,Tomoru nggak masuk sekolah.Aku terus memandangi
bangkunya yang kosong itu.Huh,ternyata ejekannya yang paling aku nantiin setiap
pagi.Kenapa gini?
Aku mencoba menelepon HPnya.
“Tomoru?”
“Ada apa?”
“Kenapa nggak masuk?Kamu bolos sekolah,ya?”
“Enggak.”
“Kamu..kamu sakit ya?Nafasmu kedengerannya berat. Tomoru?” aku khawatir.
“Aku nggak papa.Sudah kubilang nggak usah khawatir.” Tomoru
menutup telponnya.Aku segera datang ke rumahnya sore itu.
.Ya,dia selalu sendirian di rumah sejak sebulan yang
lalu.Orang tuanya terus saja bekerja.
“To..Tomoru.Boleh masuk?”tanyaku dari pintu.Tak ada
jawaban.Aku membuka pintunya.Tomoru terbaring di kamarnya.
“TOMORU?” tanyaku.Dia tersenyum melihatku.”Nggak usah
khawatir.”
“Badanmu panas.” Aku segera mengambilkan air dingin dan
mengompres dahinya.
“Gara-gara aku,kamu jadi gini.”
“Aku Cuma demam.Nggak parah.” Jawabnya.
“Tomoru.”
“Apa?”
“Aku bisa lihat masa depan.” Kataku.
“Kamu pasti udah kepikiran kalau aku bakal
sakit,ya?”katanya.
Aku mengangguk.
“Aku tau karena Ibumu.”jawabnya.
“Ke..kenapa?”tanyaku.
“Ibumu pernah bilang,kalau hidupnya nggak lama lagi.Ibumu
punya perasaan yang sangat kuat dengan apa yang bakal terjadi.”
“Ibumu ingin memberikanmu buku yang aku temuin,sebelum
ajalnya datang.” Jawab Tomoru.
“Ke..kenapa kamu nggak beritahu aku?” tanyaku dengan sedih.
“Ibumu melarangku.” Jawabnya.Aku mulai menangis.
Aku tersentak lagi.
“Ah.kamu suka Kazune kan?”
Aku terdiam.
“Aku…”
“Apa?”Tomoru heran.
“Aku takut kamu menderita di sampingku.” Kataku.
Tomoru terdiam.
“Dari kecil,kamu terluka karenaku.Sekarang,kamu terluka
gara-gara aku juga.Saat aku di sampingmu,kamu selalu terluka.” Jawabku.
“Kalau kamu terluka,aku juga bakal terluka.Kalau kamu
pergi,aku bakal pergi denganmu.” Jawabnya.
“Aku masak makanan dulu!” kataku sambil membuatkannya sup.
“Jangan pedulikan rasanya.Sup ini sehat.”kataku sambil
memberikannya sup.
“Aku maunya disuapin.”Jawab Tomoru.”Dasar bayi.”kataku
sambil menyuapinya.
“Enak.” Katanya.
Aku tersenyum.”Tentu saja!Ibuku mengajarkanku banyak
hal.Ibumu juga.Kakakmu juga.Sayangnya,nggak ada yang ngajari aku bikin
cokelat.”Aku tertawa.
“Makanya,jangan ejek aku lagi ya,aku memang nggak bisa bikin
cokelat.Tapi buktinya,masakanku enak,kan?” Tomoru tertawa.
”Semoga cepet sembuh,Tomoru.”
Wajahnya memerah lagi.
“Aku harus pergi.Ayahku mau datang.” Kataku sambil menyelimutinya.”Sudah
aku siapkan makan malammu.”
Aku segera kembali ke rumah,dan melihat Ayahku.
“Ayah..Ayah kenapa nangis?”tanyaku.
“Ayah tak apa,Satsuki.”jawab Ayah.
“Aku juga rindu Ibu.Aku tau,Ibu selalu di sini di samping
Satsuki dan Ayah.” Kataku sambil memeluk Ayah.
“Maafkan Ayah yang selalu meninggalkanmu sendirian,Satsuki.”
Aku kembali ke kamar dan membuka buku Ibu.Itu diary Ibu
dengan banyak halaman kosong tersisa.Aku mencoba menulis sesuatu di sana.Aku
menulis apa yang ada di pikiranku.
Nafasku sesak.Darahku terus saja mengalir dari hidungku.Kamu,akan mati,Satsuki.
Aku terkejut dengan apa yang aku tulis.
Semua yang terlintas di pikiranku memang benar terjadi.Aku..aku akan mati?
"Hei! Ada apa,Satsuki?" Teriak Tomoru dari jendela kamarnya.
"A..aku.."
"Ada apa?"
"Nggak papa!" kataku sambil menutup jendela.
Aku mulai menangis.Penyakit apa?Penyakit apaa? Ah.Leukemia. kanker darah.
Gimana jadinya kalau aku pergi?Ayah sendiri,Tomoru sendiri.Aku cuma butuh lebih banyak waktu untuk membahagiakan mereka.
Ayah,sudah kehilangan Ibu.Tomoru?Ah,aku nggak berarti apa-apa baginya.
Darah terus saja menetes dari hidungku.Ah,aku nggak percaya mimpi buruk.
"Satsuki.."
"Kak Ran?"
"Tolong jaga Tomoru,ya?Dia selama ini nggak pernah bisa meluapkan perasaannya sendiri.Kakak tau betapa sakitnya beban yang diderita Tomoru.Bantu Kak Ran,Satsuki.Tolonglah.Dia terus menahan sakit dan nggak mau menangis.Jangan pergi,Satsuki."
Ah.Hanya mimpi.A..aku ada di rumah sakit! Ayah ada di sampingku.
Ayah terlihat sedih.
"Ayah?"
"Satsuki,ada apa?" Ayah terlihat sangat cemas.
"Tak apa,Ayah.Satsuki cuma kecapekan." Aku berusaha tersenyum.
Ayah mulai menangis.
"Ayah?Maaf.Maaf aku cuma merepotkan.Maaf aku sudah lahir." Pikirku sambil menenangkan Ayah.
Kenapa aku lahir,kalau cuma jadi beban?Ibu meninggal gara-gara melahirkanku.Ayah terus saja terluka dan khawatir karena penyakitku.
Aku mulai menulis surat untuk Ayah.
"Ayah.Kenapa Ayah nggak membenciku?Saat Ayah kehilangan Ibu,Ayah tidak menyalahkanku.Ayah terus menyayangiku dan peduli kepadaku.Ayah?Ayah pasti bisa,kan masak sendiri?Kalau misalnya,aku sudah nggak bisa menyiapkan sarapan,kalau Ayah nggak bisa masak,Ayah bakal kelaparan.
Ayah.Kalau sudah tiba waktunya,jangan khawatirkan aku.Aku akan di sisi Ayah."
"Tomoru.Aku mulai menyadari kalau kamu,adalah cinta pertamaku.Aku tau,rasa sakit yang kamu selalu tahan di hadapanku.Hatimu lembut sekali! Jujur,Tomoru.Kalau saja aku punya lebih banyak waktu,aku ingin mengabulkan permohonan Kak Ran untukku.Aku pingin bikin kamu nangis! Aku pingin,kamu terbebas dari beban hidupmu.Jangan gitu! Kan ada aku,sahabat terbaikmu.
Aku suka Tomoru!Sampai kapanpun."
Mataku mulai terpejam.Aku nggak bisa melihat,hanya bisa mendengar.Aku bisa mendengar suara Ayah.Ah,Tomoru juga datang menjengukku.Ada apa? Mereka nangis?
Kondisiku kritis.
Tomoru terus saja menangis di sampingku bersama Ayah.Aku bersyukur,Tomoru bisa meluapkan kesedihannya.Apa aku,bisa pergi meninggalkan mereka?
"Satsuki,chan.Terimakasih!" Kak Ran tersenyum padaku.
"Satsuki,Maafkan Ibu."
Aku kembali terbangun.Sepertinya,aku berhasil melewati masa kritis.Tomoru dan Ayah menatapku dengan bahagia.
Aku nggak jadi pergi. Aku mulai tertawa bahagia.
Keesokan harinya,Tomoru tertawa dengan keras.
"Haha,apa ini?Surat cinta buat aku?Baiklah,kamu kuterima!" Dia tertawa saat membaca suratku.
"I..itu maksudnya.." kataku.
"Aku juga menyukaimu,Satsuki." katanya.
"Bodoh!Aku hampir mati,tau!" Kataku sambil menatapnya dan tersenyum.Penyakitku berhasil sembuh! Tomoru selalu membawakanku bunga setiap hari sejak saat itu.Haha.Dia jatuh cinta padaku.